SAIBETIK— Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama menghadiri Pengajian Jumat Kliwon yang digelar oleh Pengurus Ranting Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Desa Batu Agung, bertempat di TPA Nurul Huda, Dusun Batu Agung, Kecamatan Merbau Mataram. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus sarana menyerap langsung aspirasi masyarakat desa.
Dalam pengajian yang berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan, Bupati Egi menyampaikan apresiasi tinggi terhadap semangat ibu-ibu Muslimat NU dalam menjaga tradisi pengajian sebagai pilar pembinaan moral dan spiritual masyarakat.
“Islam meletakkan fondasi peradaban pada dua hal: iman dan ilmu. Dan kehadiran ibu-ibu di majelis ini adalah cermin semangat mencari ilmu sekaligus menjaga keimanan yang terus tumbuh subur,” ujar Bupati Egi di hadapan ratusan jemaah yang hadir.
Tak hanya itu, Bupati juga mengajak masyarakat untuk mendukung gerakan kebersihan lingkungan yang telah dicanangkan Pemkab Lampung Selatan melalui program ABRI (Asri, Bersih, Rapi, Indah). Menurutnya, pembangunan daerah tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga menyentuh aspek mental dan spiritual.
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Forkopimcam Merbau Mataram, Camat, Kepala Desa Batu Agung, dan tokoh masyarakat. Dalam sesi dialog, sejumlah warga menyampaikan keluhan soal kerusakan infrastruktur, khususnya jalan menuju Dusun Puji Rahayu yang selama ini menjadi penghambat mobilitas warga.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Egi menyatakan komitmennya untuk mengupayakan alokasi anggaran pada tahun 2026.
“Insyaallah tahun depan kita anggarkan. Tapi kita tetap mengedepankan prinsip keadilan bagi 17 kecamatan. Jadi semua harus seimbang,” tegas Egi.
Sementara itu, Kepala Desa Batu Agung, Wahyudi, menegaskan harapan warganya atas kehadiran Bupati. Ia menyampaikan bahwa jalan penghubung dari Tanjung Harapan ke Ringin Sari belum pernah mendapat perbaikan selama 25 tahun terakhir.
“Kami sangat berharap pemerintah turun tangan. Jalan ini sangat vital bagi aktivitas warga, dan sudah terlalu lama terabaikan,” ujar Wahyudi yang disambut tepuk tangan jemaah.
Kegiatan ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual, tetapi juga membuka ruang komunikasi langsung antara pemimpin daerah dan masyarakat, sebagai bentuk nyata demokrasi yang membumi.***