SAIBETIK.com – Sejarah literasi media dimulai tahun 1964 saat UNESCO mengembangkan prototype model program pendidikan media yang hendak diterapkan di seluruh dunia. Pada waktu itu, baru dua negara yang menaruh perhatian pada literasi media, yakni Inggris dan Australia.
Mengapa hanya Inggris dan Australia yang menaruh perhatian pada literasi media kala itu?. Dan Apa harapan UNESCO mengembangkan prototype model program pendidikan media?
Pada tahun 1970-an, pendidikan media masuk dalam kurikulum di sekolah menengah di beberapa Negara di Eropa dan Amerika Latin. Dengan tujuan untuk membantu menghapuskan kesenjagan sosial akibat ketidaksetaraan akses terhadap informasi.
Dan juga di Afrika Selatan yang menyelenggarakan pendidikan media untuk mendorong reformasi pendidikan.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an di Negara Amerika Latin, literasi media pada awalnya hanya mendapat perhatian dari kalangan LSM dan tokoh-tokoh masyarakat. Literasi media pada masa itu lebih dipandang sebagai persoalan politik dan bukan persoalan pendidikan. Literasi media digunakan oleh guru di sekolah dan tokoh masyarakat di tengah masyarakat.
Sedangkan di Eropa, literasi media dikembangkan melalui pendidikan persekolahan dan pendidikan luar sekolah.
Di negara Amerika Serikat, perhatian besar terhadap literasi media baru diberikan sejak tahun 1990, setelah diselenggarakan “National Conference Leadership on Media Education”. Setelah itu, ada 15 negara bagian yang memasukkan literasi media ke dalam kurikulum sekolah.
Intinya, literasi media merupakan salah satu upaya menangkap dampak negatif media massa. Karena literasi media memampukan khalayak media untuk mengevaluasi dan berpikir kritis terhadap pesan media.
Dan harapannya, sejarah literasi media dimulai tahun 1964 saat UNESCO mengembangkan prototype model program pendidikan media yang hendak diterapkan di seluruh dunia. Yang memang pada waktu itu, baru dua Negara yang menaruh perhatian pada literasi media, yakni Inggris dan Australia.
Kalangan pendidik di dua Negara itu menyarankan pelaksanaan pendidikan untuk mencapai literasi media, agar anak-anak remaja secara kritis melihat dan membedakan apa yang baik dan apa yang buruk dalam media.
Siska Purnama Sari