SAIBETIK– Nasib Alin Delisya Rafifa, seorang gadis berusia 10 tahun dari Dusun Kenjuru, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, mengundang kepedihan sekaligus keprihatinan masyarakat. Tubuhnya yang kurus kering membuatnya tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan untuk makan, minum, dan buang air, Alin harus dibantu sepenuhnya oleh pengasuhnya, yaitu paman dan bibi kandungnya sendiri.
Bayi normal yang lahir dari pasangan Zainal Abidin dan Meli Samsanah ini harus menghadapi cobaan berat sejak usia delapan bulan. Beberapa jam setelah divaksin, Alin mengalami demam tinggi yang mengkhawatirkan. Ia sempat dirawat di RSUD Bob Bazar, Kalianda, sebelum akhirnya dirujuk ke RSU Abdul Moeluk, Bandar Lampung. Sejak saat itu, kondisi kesehatannya menurun drastis, hingga lumpuh total.
Kesedihan bertambah ketika ayahnya, Zainal Abidin, meninggalkan keluarga tanpa jejak, bahkan saat Alin masih berjuang melawan penyakitnya. “Masih dalam kondisi sakit, Alin ditinggal pergi oleh ayahnya. Sampai sekarang keberadaannya tidak diketahui,” ujar Karya Nelson, paman Alin, yang kini menjadi pengasuh utama gadis malang tersebut.
Tidak lama kemudian, ketika Alin berusia 12 bulan, ibunya, Meli Samsanah, terpaksa merantau ke Pulau Jawa untuk mencari nafkah, meninggalkan anaknya yang tak berdaya. “Saat ini ibu kandungnya sudah menikah lagi dan menetap di Pulau Jawa, tepatnya di Cianjur,” tambah Karya Nelson, didampingi istrinya Khoiroh, di rumah mereka di Dusun Kenjuru, Desa Merak Belantung. Keluarga Karya Nelson sendiri memiliki seorang anak lelaki yang juga tinggal di rumah tersebut.
Kehidupan Alin yang bergantung sepenuhnya pada paman dan bibi menjadi tantangan berat bagi keluarga sederhana ini. Karya Nelson mengaku bekerja serabutan, sementara istrinya seorang petani. Keduanya berjuang tanpa bantuan signifikan dari pemerintah, meskipun beban perawatan Alin sangat berat. “Hingga kini belum pernah ada perhatian dari pemerintah, khususnya pemerintah Desa Merak Belantung. Baru tadi Pak Camat Kalianda datang berkunjung ke rumah saya, dan saya ucapkan terima kasih atas kepeduliannya. Semoga ke depan ada perhatian lebih lanjut,” ujarnya dengan haru.
Kunjungan Camat Kalianda, Ruris Apdani, yang baru beberapa hari dilantik, dilakukan pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Kehadiran camat ini menjadi harapan kecil bagi keluarga Alin bahwa pemerintah daerah akan mulai memberikan dukungan, baik dari sisi pelayanan kesehatan maupun bantuan sosial, agar kehidupan Alin lebih layak.
Cerita Alin membuka mata banyak pihak tentang pentingnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap anak-anak penyandang disabilitas, terutama mereka yang tidak memiliki orang tua yang hadir secara fisik dan emosional. Kasus ini menjadi pengingat bahwa perlindungan sosial dan akses kesehatan merupakan hak setiap anak, sekaligus panggilan bagi semua pihak untuk berperan aktif dalam mendukung keluarga yang merawat anak berkebutuhan khusus.
Kini, nasib Alin Delisya Rafifa berada di tangan keluarga yang penuh kasih, namun terbatas sumber daya. Kisahnya menjadi sorotan masyarakat Lampung Selatan, sekaligus memicu keprihatinan luas, agar program perlindungan anak, layanan kesehatan, dan dukungan sosial benar-benar dirasakan oleh mereka yang membutuhkan.***