SAIBETIK– SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan (MuAD) Kota Metro menghadirkan sastrawan nasional Isbedy Stiawan ZS untuk mengisi pelatihan menulis sastra bagi siswa, Jumat (17/10/2025). Acara ini digelar sebagai upaya sekolah mendorong kreativitas literasi siswa sekaligus memperkenalkan dunia sastra secara praktis.
Acara dibuka oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Ahmad Fatoni, yang mewakili Kepala SMP MuAD, Ali Musyafa. Dalam sambutannya, Fatoni menekankan pentingnya menulis sebagai media ekspresi sekaligus cara melahirkan kenangan abadi. “Karya dan buku akan selalu membuat kenangan yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup. Semoga pelatihan ini memicu minat siswa untuk menciptakan karya-karya yang menginspirasi,” ujarnya.
Ketua pelaksana kegiatan sekaligus guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Sari Yunis, M.Pd., menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan kegiatan pertama di sekolah yang menghadirkan sastrawan nasional asal Lampung. “Bunda berharap anak-anak bisa mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh. Kesempatan seperti ini sangat langka dan menjadi pengalaman berharga untuk mereka,” katanya.
Isbedy Stiawan ZS, yang dijuluki Paus Sastra oleh HB Jassin, memulai sesi pelatihan dengan mengenalkan konsep karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan esai. Ia menekankan bahwa menulis sastra bukan sekadar merangkai kata, tetapi memerlukan proses kreatif mulai dari pengumpulan ide hingga pemilihan diksi yang tepat.
Dalam praktik langsung, Isbedy mengajak 150-an peserta dari kelas 7 hingga 9 untuk membuat puisi berdasarkan tema pantai. Dari titik masalah pantai, siswa diajak menemukan tiga subtema, yakni sedih, riang, dan liburan. Selanjutnya, mereka mendata kata-kata yang berhubungan dengan pantai dan kemudian menyusun sekitar 70 kata menjadi bait puisi minimal empat baris.
Hasilnya, lebih dari 30 puisi siswa tergolong kreatif dan memiliki kualitas baik. Dari jumlah tersebut, tujuh puisi terbaik dipilih untuk dibacakan di depan peserta lain, menciptakan suasana antusias dan memotivasi siswa lainnya. Isbedy memberikan arahan tentang ritme, pemilihan kata, dan cara menyampaikan pesan emosional dalam puisi sehingga karya mereka lebih hidup dan mudah dipahami pembaca.
Sari Yunis menambahkan, kegiatan ini juga mengajarkan siswa bagaimana mengelola ide, mengasah imajinasi, dan melatih kemampuan analitis untuk memilih persoalan yang bisa dijadikan karya sastra. “Melalui kegiatan ini, siswa belajar menuangkan gagasan secara sistematis dan kreatif, sekaligus memahami pentingnya disiplin dalam menulis,” katanya.
Ke depan, karya-karya puisi siswa akan dihimpun dalam sebuah buku antologi puisi. Setiap peserta diminta menulis maksimal dua puisi dengan tema beragam, mulai dari kota, ketuhanan, keluarga, romantisme, politik, seni budaya, hingga sejarah. Buku antologi ini akan dieditori oleh Fitri Angraini, S.S., M.Pd., bersama Isbedy Stiawan ZS sebagai tutor pelatihan.
Pelatihan menulis sastra ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan literasi siswa, tetapi juga menumbuhkan minat mereka terhadap dunia sastra dan kreativitas. Sekolah berkomitmen menjadikan kegiatan ini sebagai agenda rutin, agar generasi muda dapat terus terinspirasi dan berani mengekspresikan ide melalui tulisan.***







