SAIBETIK— Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Dharmasraya terus menunjukkan inovasi dalam pembinaan warga binaan pemasyarakatan (WBP) dengan menggelar program kreatif berbasis seni. Senin, 29 September 2025, kegiatan melukis dan kaligrafi berlangsung di Masjid At-Taubah Lapas Dharmasraya, menghadirkan suasana belajar yang khusyuk dan inspiratif.
Program ini dipandu oleh petugas pembinaan bersama instruktur profesional yang memiliki kompetensi khusus di bidang seni kaligrafi. Warga binaan belajar mulai dari teknik dasar menggambar, pemilihan warna yang harmonis, hingga menyusun tulisan kaligrafi yang indah dan bernilai islami. Proses pembelajaran berlangsung secara bertahap, menekankan kesabaran, ketekunan, serta kehati-hatian dalam setiap goresan kuas.
Plh. Kepala Lapas Dharmasraya, Gerry Rivaldo, menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bagian dari pembinaan karakter dan peningkatan kualitas diri WBP. “Melalui kegiatan melukis kaligrafi ini, warga binaan tidak hanya menyalurkan minat dan bakat seni, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai religius, kesabaran, disiplin, dan konsistensi. Selain itu, hasil karya mereka akan mempercantik fasilitas ibadah di Lapas, sehingga memberikan dampak positif bagi lingkungan,” ujar Gerry.
Menurutnya, seni kaligrafi menjadi media efektif untuk menanamkan nilai spiritual sekaligus keterampilan yang dapat digunakan saat WBP kembali ke masyarakat. “Kegiatan ini adalah bagian dari upaya Lapas Dharmasraya dalam membentuk warga binaan yang kreatif, produktif, dan berdaya saing. Kami berharap program ini dapat meminimalisir perilaku negatif serta menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial,” tambahnya.
Setiap karya yang dihasilkan oleh WBP nantinya akan dipajang di Masjid At-Taubah, tidak hanya sebagai hiasan, tetapi juga sebagai simbol penghargaan terhadap proses belajar dan usaha mereka. Pendekatan ini diyakini dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebanggaan diri, dan motivasi untuk terus belajar.
Selain melukis dan kaligrafi, Lapas Dharmasraya berkomitmen mengembangkan program pembinaan lainnya, seperti kerajinan tangan, pertanian mini, pelatihan keterampilan kerja, serta pendidikan formal dan nonformal. Tujuannya agar WBP memiliki bekal keterampilan dan kompetensi yang bermanfaat saat kembali ke masyarakat, sehingga proses reintegrasi lebih mudah dan produktif.
“Program pembinaan kreatif ini adalah bagian dari visi kami menciptakan Lapas yang humanis, edukatif, dan mendukung pengembangan potensi setiap warga binaan. Kami ingin setiap WBP memiliki kesempatan kedua untuk membangun masa depan yang lebih baik melalui seni dan keterampilan positif,” pungkas Gerry Rivaldo.***










