SAIBETIK — Suasana duka menyelimuti Pekon Sri Purnowo, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, setelah seorang petani setempat tewas tragis akibat serangan buaya liar di aliran sungai Way Semaka, Senin (30/6/2025) sekitar pukul 12.00 WIB.
Korban, yang saat itu tengah mandi usai membersihkan pekarangan dan mencari batang serai di kebun miliknya, tak menyadari bahwa predator air itu telah lama mengintai di tepian sungai. Dalam sekejap, buaya menerkam dan menyeret tubuh korban ke tengah sungai.
Peristiwa mencekam itu disaksikan langsung oleh warga bernama Yusroni. Dalam laporannya kepada pihak kepolisian, ia melihat pergerakan mencurigakan di permukaan air, serta pakaian korban yang tergeletak di pinggir sungai.
“Awalnya saya lihat ada celana di semak-semak, lalu melihat buaya bergerak di air. Karena curiga, saya langsung teriak panggil warga lain untuk membantu,” kata Yusroni dalam laporan yang diterima pihak kepolisian.
Upaya penyelamatan dilakukan secara spontan. Melihat buaya masih menggigit tubuh korban di perairan dangkal, warga beramai-ramai turun ke sungai dan melempari buaya dengan batu. Beruntung, serangan balik warga berhasil membuat buaya melepaskan korban.
Namun, nyawa korban tidak tertolong. Kepolisian yang datang ke lokasi melakukan visum dan mendapati luka parah di bagian bokong, punggung, dan paha korban — luka yang diyakini akibat gigitan buaya.
“Korban sempat hilang timbul di air. Diduga buaya menyerangnya saat sedang mandi di aliran sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan warga,” ujar seorang petugas.
Peristiwa ini kembali menjadi pengingat akan potensi konflik antara manusia dan satwa liar, terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan habitat alami seperti sungai dan rawa.
Hingga kini, pihak kepolisian bersama aparatur desa setempat mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan tidak beraktivitas sendiri di sekitar sungai, khususnya saat jam-jam rawan. Rencana untuk berkoordinasi dengan pihak konservasi juga tengah dibahas, guna menanggulangi ancaman buaya liar di kawasan tersebut.
Duka mendalam tak hanya menyelimuti keluarga korban, namun juga mengguncang kesadaran masyarakat sekitar. Sungai yang selama ini menjadi sumber air, kini menyimpan rasa takut dan kehilangan.***