SAIBETIK- Langkah nyata mendukung program ketahanan pangan terus digencarkan oleh Lapas Kelas IIA Kalianda. Kali ini, tanah kosong di sekitar area brandgang disulap menjadi lahan pertanian produktif oleh petugas dan warga binaan lewat penanaman tomat dan terong, mulai dari benih hingga masa panen.
“Kami ingin menciptakan lingkungan yang bukan hanya bersih dan aman, tetapi juga produktif dan mandiri,” ujar Kalapas Beni Nurrahman, Jumat (11/7/2025).
Proses Bertani dari Nol: Edukatif dan Penuh Disiplin
Budidaya dimulai dari proses pembenihan yang dilakukan penuh ketelitian. Bibit tomat dan terong disemai selama 15 hari hingga siap ditanam. Selanjutnya, bibit dipindahkan ke lahan terbuka untuk memasuki fase pertumbuhan hingga panen—yang diperkirakan membutuhkan waktu:
- Tomat: ± 3 bulan
- Terong: ± 2,5 bulan
Selama proses tersebut, perawatan intensif diterapkan: mulai dari penyiraman rutin, pemupukan berimbang, hingga pengendalian hama berbasis ramah lingkungan.
Ladang Harapan di Balik Jeruji
Lebih dari sekadar aktivitas bercocok tanam, program ini menjadi wadah pembinaan mental dan keterampilan warga binaan. Mereka tidak hanya belajar bertani, tetapi juga mengasah tanggung jawab, kerja sama, dan daya juang.
“Dulu ini lahan kosong. Sekarang jadi hijau dan bermanfaat. Kami ingin buktikan bahwa di balik jeruji, masih ada semangat tumbuh dan memberi,” tambah Kalapas Beni.
Mandiri dan Berdampak Nyata
Kegiatan ini sejalan dengan arahan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk menjadikan lapas sebagai unit yang tidak hanya membina, tapi juga berdampak pada masyarakat luas melalui pemberdayaan warga binaan.
Ke depan, hasil panen tomat dan terong ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan internal lapas maupun sebagai langkah awal menuju kemandirian pangan lokal.
Dari balik pagar tinggi Lapas Kalianda, sebuah ladang harapan tengah tumbuh. Sebuah bukti bahwa rehabilitasi bisa dimulai dari tanah, dari benih, dan dari semangat untuk berubah.***