SAIBETIK — Dalam upaya mendorong transformasi pertanian dan kesejahteraan petani lokal, Bupati Tanggamus Moh. Saleh Asnawi menerima audiensi dari jajaran PT Central Ekosistem Manunggal, Rabu (4/6/2025). Pertemuan strategis yang digelar di ruang kerja Bupati ini membahas peluang kerja sama dalam pemberdayaan petani serta pengembangan industri pengolahan hasil pertanian di Tanggamus.
Dipimpin langsung oleh Komisaris Chris Hardisaya, didampingi Direktur Raden Mansur, serta tim dari Lembaga Pemberdayaan Ketahanan dan Budi Daya Indonesia (LPKBDI), pihak investor menyampaikan ketertarikan mereka terhadap potensi pertanian Tanggamus—terutama pada komoditas seperti pisang dan ubi kayu.
“Kami ingin petani mendapat nilai jual yang lebih layak atas hasil panennya. Karena itu, kami hadir membawa konsep industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dimulai dari pembenahan pola pikir hingga pola tanam,” ungkap Chris.
Sebagai langkah awal, perusahaan telah memulai uji coba budidaya di Barung Kusin, Kecamatan Pugung. Target pasar mereka adalah Jawa, namun basis produksi akan tetap tumbuh di Tanggamus—dengan melibatkan masyarakat dan membuka lapangan kerja baru.
Bupati Saleh menyambut baik rencana tersebut dan menyatakan bahwa kolaborasi ini menjadi angin segar bagi sektor pertanian di Tanggamus.
“Kami ingin menghidupkan kembali masa keemasan petani Tanggamus. Kalau perlu, industri besar seperti Nestlé pun harus melihat Tanggamus sebagai lokasi potensial,” ujar Bupati optimis.
Pemerintah daerah, kata dia, siap memfasilitasi sinergi antara pemda, pelaku usaha, dan masyarakat demi terwujudnya pertanian yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Senada dengan itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Hendra Wijaya Mega menambahkan bahwa langkah PT Central Ekosistem Manunggal sejalan dengan visi daerah dalam memperkuat ekonomi kerakyatan.
Lebih dari sekadar budidaya, kerja sama ini juga akan dikembangkan ke sektor pariwisata berbasis pertanian, termasuk rencana kawasan agrowisata yang mengangkat potensi lokal baik dari sisi alam, kuliner, maupun produk tani.
Sebagai model awal, akan disiapkan lahan seluas satu hektare untuk pilot project budidaya terpadu.
Jika berjalan sesuai rencana, kolaborasi ini akan menjadi titik balik kebangkitan pertanian di Tanggamus—di mana petani bukan hanya menjadi pelaku produksi, tapi juga bagian dari rantai nilai industri yang menguntungkan.***