SAIBETIK insidepolitik–bencana banjir yang melanda kota bandar lampung pada jumat (17/1/2024) kembali membuka luka dan duka mendalam bagi warga, terutama keluarga bahtiar (60), seorang lansia yang tinggal di gang masjid, jalan kh ahmad dahlan, kelurahan kupang teba, telukbetung utara. pria yang sehari-hari berjualan bubur ini harus kehilangan nyawanya setelah terseret derasnya arus banjir yang tiba-tiba menerjang rumahnya di tepi sungai.
tragedi yang tak terduga
kejadian nahas itu terjadi ketika bahtiar tengah membuat adonan bubur di dapurnya. hujan deras yang mengguyur kota bandar lampung sejak siang membuat debit air sungai di dekat rumahnya meningkat pesat. tiba-tiba, air bah menerjang dengan begitu kuat, menghancurkan dapur rumahnya dan membuatnya kehilangan keseimbangan.
saksi mata yang juga tetangga korban, adi, mengisahkan bagaimana kakek bahtiar tak sempat menyelamatkan diri. “korban terpeleset lebih dulu sebelum akhirnya terseret arus deras. bahkan pintu dapur rumahnya ikut roboh diterjang air,” ujar adi.
tim sar yang dikerahkan untuk mencari korban akhirnya menemukan jasad bahtiar keesokan harinya di pesisir pantai sukaraja. tubuhnya mengapung di dekat tempat pelelangan ikan, sekitar 2,3 kilometer dari titik awal ia hanyut. kepala kantor sar lampung, deden ridwansyah, memastikan tidak ada tanda-tanda luka pada tubuh korban, mengingat jasadnya ditemukan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah hanyut.
banjir besar dan dampak luas
banjir yang terjadi di bandar lampung kali ini bukan sekadar banjir biasa. menurut data yang dihimpun, genangan air meliputi 17 titik di 9 kecamatan, termasuk daerah-daerah seperti bumi waras, teluk betung selatan, enggal, dan rajabasa. beberapa wilayah mengalami banjir cukup parah dengan ketinggian air mencapai setengah hingga setinggi atap rumah.
selain merendam rumah warga, banjir juga menyebabkan kerusakan infrastruktur, termasuk ambruknya jembatan merah di kali akar. kendaraan hanyut terbawa arus, dan banyak warga terpaksa mengungsi akibat air yang terus meninggi.
buruknya tata kelola lingkungan
direktur walhi lampung, irfan tri musri, menilai bencana ini sebagai cerminan dari buruknya tata kelola lingkungan di kota bandar lampung. ia menyoroti minimnya ruang terbuka hijau, sistem drainase yang buruk, serta pengelolaan sampah yang tidak memadai sebagai faktor utama penyebab banjir.
“ini bukan sekadar fenomena alam. banjir ini adalah dampak dari pembangunan yang tidak memperhitungkan keseimbangan lingkungan. atas nama investasi dan pertumbuhan ekonomi, masyarakat kelas menengah ke bawah menjadi korban,” tegas irfan.
walhi lampung mendesak pemerintah kota bandar lampung untuk segera mengambil langkah konkret dalam menangani permasalahan banjir. beberapa langkah yang mereka rekomendasikan antara lain:
meningkatkan ruang terbuka hijau dan daerah resapan air
memperbaiki sistem drainase dan pengelolaan sampah
melakukan perencanaan tata kota yang lebih berkelanjutan
kritik terhadap kepemimpinan bunda eva
irfan juga mengkritik kepemimpinan wali kota bandar lampung, eva dwiana, yang dinilai belum serius dalam menangani persoalan lingkungan. menurutnya, banjir ini bukan hanya sekadar bencana, tetapi juga pelanggaran terhadap hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang sehat.
“wali kota terpilih harus merasa malu jika tidak menunjukkan komitmen dalam penanganan banjir. ini bukan masalah yang bisa diabaikan,” ujarnya.
keluarga bahtiar merelakan kepergiannya
sementara itu, keluarga bahtiar kini hanya bisa pasrah. mereka telah mengikhlaskan kepergian sosok yang dikenal ramah dan baik hati itu. namun, pertanyaan besar masih menggantung: apakah tragedi ini bisa dicegah jika pemerintah lebih serius dalam mengantisipasi banjir?
banyak warga berharap, kejadian serupa tidak akan terulang lagi. bukan hanya untuk mengenang bahtiar, tetapi juga demi keselamatan seluruh warga bandar lampung ke depannya.***