SAIBETIK — Pemerintah Kabupaten Pringsewu menggelar sosialisasi bertema cyberbullying di Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI), sebagai bentuk komitmen dalam menghadapi ancaman kekerasan digital yang kian mengkhawatirkan. Bupati Pringsewu, Riyanto Pamungkas, menegaskan bahwa penanganan cyberbullying tidak bisa dilakukan sepihak, tetapi membutuhkan sinergi lintas sektor.
“Cyberbullying adalah persoalan nyata di era digital. Tidak hanya melukai psikologis korban, tetapi juga mengancam kualitas generasi muda kita. Karenanya, seluruh elemen—pemerintah, pendidik, keluarga, dan masyarakat—harus bersatu menangani ini,” ujar Bupati Riyanto dalam sambutannya.
Dampak Teknologi: Dua Sisi Mata Uang
Menurut Riyanto, perkembangan teknologi digital membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, ia menjadi alat kemajuan—membuka akses informasi, meningkatkan efisiensi, hingga memajukan pendidikan dan kesehatan. Namun di sisi lain, teknologi juga memunculkan tantangan baru seperti pengangguran akibat otomatisasi, kecanduan digital, pelanggaran privasi, hingga cyberbullying.
“Dampak negatif ini, terutama cyberbullying, bisa menghancurkan mental generasi muda jika tidak kita tangani sejak dini,” imbuhnya.
Sosialisasi yang Melibatkan Semua Pihak
Acara yang berlangsung di kampus UMPRI ini dihadiri oleh Wakil Bupati Umi Laila, Ketua TP PKK Rahayu Sri Pamungkas, jajaran Forkopimda, rektorat, serta para narasumber dan civitas akademika. Dalam forum ini, disampaikan pentingnya kesadaran digital dan tanggung jawab bermedia sosial, tidak hanya oleh siswa atau mahasiswa, tetapi juga oleh orangtua, guru, dan tokoh masyarakat.
Riyanto menyambut baik inisiatif sosialisasi ini, dan berharap momentum ini menjadi awal dari gerakan masif membentuk ekosistem digital yang aman dan sehat.
“Kami ingin membangun budaya digital yang penuh etika, di mana setiap orang merasa aman. Ini harus dimulai dari rumah, sekolah, dan lingkungan sosial kita,” tegasnya.
Edukasi Sejak Dini: Solusi Nyata
Bupati juga menekankan perlunya pendidikan media sosial yang aman sejak usia dini. Anak-anak perlu diajarkan bagaimana menggunakan internet secara bijak, menghargai privasi orang lain, dan tidak menyebarkan ujaran kebencian atau informasi bohong.
“Dengan literasi digital yang kuat, anak-anak kita akan tumbuh sebagai pribadi yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab dalam bermedia sosial,” katanya.
Langkah Menuju Generasi Digital yang Tangguh
Sosialisasi ini diharapkan bukan hanya menjadi agenda seremonial, tetapi menjadi titik balik kesadaran bersama. Pemerintah daerah menyatakan siap untuk memperluas kegiatan serupa ke sekolah-sekolah dan komunitas, sekaligus memperkuat regulasi dan dukungan terhadap korban cyberbullying.
Dengan kolaborasi yang kuat, Pringsewu ingin mencetak generasi muda yang tak hanya melek teknologi, tapi juga memiliki etika digital, empati sosial, dan mental yang tangguh menghadapi era informasi.
“Melalui kerja sama yang solid, mari kita lindungi anak-anak kita dari kekerasan digital dan bentuk karakter generasi penerus bangsa yang lebih baik,” pungkas Riyanto.***