SAIBETIK– Sebelum akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang melibatkan buronan KPK, Harun Masiku, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa dirinya sebelumnya telah mendapat informasi bahwa dirinya sedang dibidik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Hasto menceritakan bahwa kabar mengenai kemungkinan dirinya ditetapkan sebagai tersangka pertama kali disampaikan oleh pengamat militer, Connie Bakrie. “Connie menginformasikan kepada saya, ada bad news. Saya akan ditetapkan sebagai tersangka atas suatu peristiwa yang sebenarnya sangat absurd dan tidak jelas,” ujar Hasto dalam sebuah wawancara.
Menurut Hasto, terdapat dua faktor utama yang menjadi alasan dibidiknya dirinya. Pertama, kritik yang dilontarkannya terhadap Presiden Joko Widodo dalam disertasinya, dan kedua, keterlibatannya dalam mendukung pasangan calon gubernur Edy Rahmayadi-Hasan Basri dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara 2024.
Dalam disertasinya, Hasto menilai Presiden Jokowi sebagai sosok yang mencerminkan ambisi kekuasaan yang berlandaskan feodalisme, populisme, dan Machiavellianisme. Hasto juga menegaskan bahwa Jokowi tidak lagi dianggap sebagai simbol kebaikan dan otoritas moral, sebuah pandangan yang ia anggap tercermin dalam langkah-langkah politik Jokowi, termasuk mendukung pencalonan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai Wakil Presiden pada Pilpres 2024.
“Ambisi kekuasaan itu tidak berhenti. Kita ini negara republik, bukan kerajaan. Tetapi Pak Jokowi ingin menerapkan itu dengan menempatkan keluarganya, seperti Bobby Nasution, di Sumatera Utara,” jelas Hasto.
Lebih lanjut, Hasto mencurigai bahwa Jokowi berusaha menjegal lawan politik anaknya, Bobby Nasution, dengan memanfaatkan aparat kepolisian. Menurutnya, langkahnya bersama sejumlah aktivis dan tokoh masyarakat dalam mendukung pasangan Edy-Hasan di Pilgub Sumatera Utara dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan keluarga Jokowi.
“Kami melihat ini sebagai pergerakan untuk melawan upaya kekuasaan keluarga Jokowi yang dianggap mengkhawatirkan oleh mereka,” tambah Hasto, menyoroti dukungannya terhadap demokrasi dan perlunya melawan praktek politik yang menurutnya merusak sistem.***