SAIBETIK – Presiden Prabowo Subianto menghadapi kritik tajam terkait wacana pemilihan kepala daerah (Pilkada) oleh DPRD. Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), isu ini menjadi satu-satunya program yang mendapat sentimen negatif dari publik.
Pendiri LSI, Denny Januar Ali (Denny JA), mengungkapkan hasil riset yang dilakukan menjelang 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. “Performanya di forum internasional dan sikap tegas terhadap koruptor mendapat respons positif. Namun, wacana Pilkada dipilih DPRD menuai kritik,” ujar Denny JA.
Pilkada oleh DPRD Dapat Sentimen Negatif
Hasil survei menunjukkan bahwa isu Pilkada melalui DPRD hanya memperoleh sentimen positif sebesar 23,7%, sementara 76,3% sentimen publik bersifat negatif. Kritik publik terutama berfokus pada kekhawatiran melemahnya demokrasi dan potensi meningkatnya korupsi.
“Program ini dinilai publik sebagai langkah mundur dalam demokrasi dan berisiko mengurangi partisipasi langsung rakyat dalam memilih pemimpin,” tambah Denny JA.
Denny juga mengingatkan bahwa pada 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah membatalkan wacana serupa setelah survei menunjukkan lebih dari 80% rakyat menolak hak pilih langsung mereka dicabut.
Rekomendasi untuk Pemerintahan Prabowo
Denny JA menyarankan agar pemerintahan Prabowo fokus pada program yang telah mendapat dukungan positif. “Pemerintah perlu meningkatkan transparansi, memastikan program memiliki mekanisme pengawasan yang kuat, serta menghindari kebijakan yang berpotensi menimbulkan sentimen negatif seperti Pilkada oleh DPRD,” tegasnya.
Menurutnya, dukungan publik sangat penting, terutama pada tahun pertama pemerintahan, untuk memastikan keberhasilan program besar yang dijalankan.
Program yang Mendapat Sentimen Positif
Meski isu Pilkada menuai kritik, survei LSI mencatat tujuh program utama yang mendapat sentimen positif dari publik:
- Bantuan Gizi untuk Ibu Hamil dan Menyusui
- Frekuensi percakapan: 2.505
- Sentimen positif: 53,7%
- Kritik: Distribusi di daerah terpencil.
- Target Swasembada Pangan
- Frekuensi percakapan: 7.922
- Sentimen positif: 70,0%
- Kritik: Target dianggap ambisius.
- Kesejahteraan Guru dan Rehabilitasi Sekolah
- Frekuensi percakapan: 17.925
- Sentimen positif: 71,6%
- Kritik: Distribusi anggaran yang adil.
- Pertumbuhan Ekonomi 8% dan Transisi Energi Hijau
- Frekuensi percakapan: 8.002
- Sentimen positif: 58,0%
- Kritik: Skeptisisme terhadap realisasi target.
- Penurunan Prevalensi Stunting
- Frekuensi percakapan: 2.264
- Sentimen positif: 52,7%
- Kritik: Distribusi yang merata.
- Penyediaan 3 Juta Rumah
- Frekuensi percakapan: 4.190
- Sentimen positif: 53,7%
- Kritik: Pendanaan dan waktu realisasi.
- Kenaikan Upah Minimum Nasional (UMN)
- Frekuensi percakapan: 5.248
- Sentimen positif: 52,6%
- Kritik: Kekhawatiran pengusaha terkait daya saing.
Tantangan dan Potensi Prabowo
Denny JA menutup dengan catatan penting: “Prabowo punya peluang dikenang sebagai pemimpin besar Asia, seperti Mahathir Mohamad atau Lee Kuan Yew, jika ia tetap sejalan dengan semangat reformasi dan menghindari kebijakan yang berpotensi melemahkan kepercayaan publik.”
Wacana Pilkada oleh DPRD menjadi ujian besar bagi pemerintahan Prabowo untuk menjaga dukungan rakyat di tengah perjalanan merealisasikan visi besar Indonesia ke depan.***