SAIBETIK Jakarta, InsidePolitik – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, menanggapi aksi demonstrasi yang dilakukan ratusan pegawai Kemendiktisaintek pada Senin (20/1/2025). Satryo mengungkapkan bahwa demo tersebut dipicu oleh langkah mutasi besar-besaran yang tengah dijalankan kementeriannya.
Menurut Satryo, kebijakan ini merupakan bagian dari reformasi struktural di Kemendiktisaintek, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto untuk efisiensi anggaran. “Kami sedang melakukan mutasi besar-besaran karena ada pecahan menjadi tiga kementerian. Ini upaya untuk membenahi organisasi agar lebih efektif dan hemat anggaran,” ujarnya.
Satryo juga menilai para demonstran berusaha menarik perhatian publik dengan aksi yang dianggapnya berlebihan. “Pendemo selalu mencari cara yang unik agar diperhatikan. Tapi intinya, kami sedang bersih-bersih,” tegasnya.
Protes ASN: Spanduk Sindiran dan Ancaman Mutasi
Aksi yang digelar di pelataran Gedung D Kemendiktisaintek ini diikuti oleh ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN), dengan sebagian besar peserta mengenakan pakaian serba hitam. Berbagai spanduk bernada sindiran turut dibentangkan, seperti “Kami ASN Dibayar Negara, Bekerja untuk Negara, Bukan Babu Keluarga” dan “Institusi Negara Bukan Perusahaan Pribadi Satryo dan Istri.”
Selain itu, tujuh karangan bunga bertuliskan kritik terhadap kepemimpinan Satryo juga dipajang di lokasi. Salah satunya berbunyi, “Berdiri Bersama Hari Ini untuk Dikti yang Lebih Baik. #LawanMenteriDzalim.”
Pemecatan yang Memicu Polemik
Salah satu pemantik protes ini adalah pemecatan Neni Herlina, seorang Pranata Humas Ahli Muda sekaligus Penanggung Jawab Rumah Tangga di Kemendiktisaintek. Dalam keterangannya, Neni mengaku diberhentikan secara mendadak oleh Satryo pada Jumat (17/1/2025).
“Saya sedang berada di ruangan, lalu beliau datang dan langsung memerintahkan saya untuk pergi. Saya tidak diberi alasan jelas,” ungkap Neni. Ia menduga insiden itu terkait persoalan meja kerja di ruangan Mendiktisaintek, yang sebelumnya menjadi pembahasan dengan istri Satryo.
Neni juga menyoroti suasana kerja yang disebutnya mencekam karena ancaman mutasi. “Teman-teman ASN bekerja dalam ketakutan. Mereka tidak ingin ada kasus seperti saya terulang. Ini melanggar hak asasi manusia,” ujar Neni.
Respons Kemendiktisaintek
Menanggapi aksi ini, Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar M. Simatupang, menyatakan bahwa dinamika seperti ini wajar terjadi dalam organisasi besar. Ia memastikan pintu dialog tetap terbuka.
“Kami membuka ruang diskusi yang lebih baik dengan pikiran terbuka untuk mencapai solusi terbaik,” kata Togar.
Kendati demikian, Satryo menepis tudingan yang menyebut dirinya sebagai pemimpin “pemarah” atau “suka menampar.” “Itu tidak benar sama sekali,” tegasnya.
Aksi demonstrasi ini menjadi sorotan publik karena mengungkap dinamika internal Kemendiktisaintek di tengah upaya reformasi yang diklaim untuk efisiensi dan pembenahan.***