SAIBETIK– Pemerintah Provinsi Lampung secara resmi meluncurkan Program Bank Sampah Sekolah untuk tingkat SMA dan SMK se-Kota Bandar Lampung. Acara berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada Kamis, 21 Agustus 2025, dan dihadiri oleh berbagai pihak yang memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan program ini.
Peluncuran dilakukan langsung oleh Wakil Gubernur Lampung, Jihan Nurlela, yang hadir bersama Kepala OJK Provinsi Lampung Otto Fitriandy, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Thomas Americo, perwakilan pimpinan perbankan di Lampung, Ketua Yayasan Rumah Kita, Ketua Forum CSR Provinsi Lampung, serta para kepala SMA/SMK Negeri dan ratusan siswa-siswi SMA/SMK se-Kota Bandar Lampung. Kehadiran para pemangku kepentingan ini memperlihatkan komitmen lintas sektor dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih baik melalui peran aktif dunia pendidikan.
Dalam sambutannya, Wagub Jihan menekankan bahwa pengelolaan sampah bukan sekadar program pemerintah, melainkan harus menjadi kebiasaan hidup yang tertanam sejak dini. Ia memaparkan bahwa Provinsi Lampung setiap tahunnya menghasilkan sekitar 720 ribu ton sampah, sementara khusus di Kota Bandar Lampung volume sampah mencapai 800 ton per hari. Dari jumlah tersebut, sekolah-sekolah SMA/SMK di Bandar Lampung berkontribusi sekitar 31 ton per hari.
“Bisa kita bayangkan, jika sampah di sekolah bisa dikelola dengan baik, betapa besar dampaknya bagi pengurangan sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ini adalah pekerjaan besar yang menjadi tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah. Sekolah harus menjadi pionir dalam gerakan ini,” ujar Jihan.
Ia juga mengingatkan bahwa persoalan sampah plastik menjadi isu serius yang berdampak panjang, mulai dari pencemaran laut, kerusakan ekosistem, hingga munculnya mikroplastik yang dapat masuk ke rantai makanan manusia. Karena itu, menurutnya, membangun kesadaran sejak masa sekolah merupakan langkah strategis untuk menciptakan generasi peduli lingkungan.
Kepala OJK Provinsi Lampung, Otto Fitriandy, menambahkan bahwa keberadaan Bank Sampah di sekolah membawa setidaknya tiga manfaat besar. Pertama, manfaat ekonomi karena sampah yang terkumpul dapat ditukar dengan nilai tabungan. Kedua, manfaat pendidikan karakter karena mengajarkan siswa tentang disiplin, tanggung jawab, serta kebiasaan memilah sampah. Ketiga, manfaat lingkungan yang mendorong kesadaran menjaga kebersihan melalui penerapan konsep 3R (reduce, reuse, recycle).
“Ketika nilai-nilai ini sudah tertanam kuat, maka di manapun para siswa berada, baik di dunia usaha maupun di tengah masyarakat, mereka akan terus membawa kepedulian terhadap lingkungan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk membentuk generasi yang lebih bertanggung jawab,” tegas Otto.
Dalam acara tersebut juga dilakukan penyerahan simbolis kerja sama antara pihak perbankan dengan sekolah. Sejumlah bank menyalurkan dukungan berupa tabungan sederhana (tabungan simple) untuk para siswa yang ikut berpartisipasi. PT BRI memberikan dukungan untuk SMA Negeri 2 Bandar Lampung, PT BNI KC Tanjung Karang untuk SMKN 1 Bandar Lampung, PT Bank Mandiri Area Lampung untuk SMA Negeri 9 Bandar Lampung, PT BSI Area Lampung untuk SMA Negeri 1 Bandar Lampung, serta PT BPD Lampung untuk SMK Negeri 4 Bandar Lampung.
Melalui program Bank Sampah, siswa-siswi didorong untuk menabung dengan cara menyetorkan sampah yang telah dipilah seperti kertas, plastik, logam, maupun kaca. Sampah yang disetorkan akan ditimbang dan nilainya dicatat sebagai saldo tabungan. Inovasi ini semakin menarik karena saldo tabungan tersebut bisa dicairkan ataupun digunakan secara cashless melalui QRIS, sehingga siswa juga belajar memahami literasi keuangan digital.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Thomas Americo, menyampaikan bahwa program ini diharapkan tidak hanya memberi dampak pada pengurangan volume sampah, tetapi juga membentuk ekosistem sekolah yang ramah lingkungan. “Sekolah bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga wadah untuk melatih siswa agar terbiasa menjaga lingkungan. Program Bank Sampah menjadi sarana nyata bagi siswa untuk berperan sebagai agen perubahan,” jelasnya.
Ketua Yayasan Rumah Kita dan Forum CSR Provinsi Lampung juga menegaskan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam mengawal keberlangsungan program ini. Menurutnya, tanpa dukungan aktif dari sekolah, guru, orang tua, dan dunia usaha, upaya mengurangi timbunan sampah tidak akan berjalan optimal.
Program Bank Sampah Sekolah ini diharapkan dapat menciptakan budaya baru di kalangan pelajar, yakni budaya peduli lingkungan dengan cara sederhana namun berdampak besar. Selain memberi keuntungan ekonomi, siswa juga akan terbiasa menerapkan pola hidup berkelanjutan yang sejalan dengan isu global tentang pengelolaan sampah dan krisis iklim.
Dengan diluncurkannya program ini, Pemerintah Provinsi Lampung menunjukkan komitmen nyata dalam mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam sistem pendidikan formal. Harapannya, siswa tidak hanya menjadi penerima ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.***