SAIBETIK — Sebuah langkah besar bagi masa depan ketenagakerjaan hijau di Indonesia dimulai dari lembah yang sunyi di Negeri Sakti, Pesawaran. Pada 4 Juni 2025, aula Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Diniyyah Lampung menjadi saksi lahirnya harapan baru: generasi santri yang tak hanya beriman, tapi juga siap kerja di sektor-sektor hijau yang menjanjikan.
Kuliah umum yang disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI, Penta Peturun, bukan sekadar seruan motivasi. Ia adalah ajakan untuk merancang ulang peta pendidikan dan ketenagakerjaan di tengah dunia yang bergerak cepat dan penuh ketidakpastian.
“Siap kerja itu bukan sekadar punya ijazah. Tapi tentang mengenal akar, tumbuh, dan mampu membaca arah angin zaman,” ujar Penta di hadapan para santri dan mahasiswa.
Diniyyah: Dari Pesantren ke Pusat Inovasi
Didirikan oleh Hj. Halimah Syukur, Pesantren Diniyyah telah bertransformasi menjadi pusat pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai keislaman, teknologi, dan bisnis. ITB Diniyyah kini menjadi lokomotif perubahan — mencetak wirausahawan muda yang paham teknologi sekaligus peduli lingkungan.
Pesantren ini menjadi simbol bahwa pendidikan Islam bisa menjadi fondasi bagi pembangunan ekonomi hijau, berbasis pada kearifan lokal dan kemajuan zaman.
Potensi Lampung dan Tantangan Ketimpangan
Lampung menyimpan potensi besar. Sektor pertanian menyumbang hampir 28% PDRB, namun ironi terjadi ketika pengangguran muda mencapai 17,9% dan banyak lulusan bekerja tak sesuai keahliannya. Dalam kondisi ini, muncul lima peluang kunci: hilirisasi pertanian, industri halal, digital agribisnis, ekowisata, dan ekonomi sirkular. Kini, satu lagi ditambahkan: green job.
Sektor ini membuka lebih dari 45.000 peluang kerja baru di bidang energi terbarukan, pertanian organik, daur ulang, dan industri ramah lingkungan.
Negara Hadir Lewat BLK Komunitas
Kementerian Ketenagakerjaan melalui Satpel BLK Lampung di bawah BPVP Serang mulai memperkuat pelatihan berbasis green job. Dari pelatihan energi surya, pertanian organik, tata boga halal, hingga keterampilan digital, BLK kini bukan sekadar tempat teknis, tapi juga ruang tumbuhnya petani dan teknopreneur hijau.
Seruan untuk Aksi Nyata
Penta menyampaikan rekomendasi nyata: bangun green campus di pesantren, integrasikan kurikulum agroekologi, hadirkan BLK Hijau untuk mendampingi pelatihan di sektor circular economy, dan perluas akses sertifikasi bagi santri dan petani muda.
“Kebijakan tanpa jejak di tanah rakyat hanya akan menjadi debu di rak kementerian,” tegasnya.
Akhir Kuliah, Awal Perubahan
Kuliah umum di ITB Diniyyah bukanlah akhir, melainkan permulaan. Dari kampus yang lahir dari pesantren, kini tumbuh generasi baru: anak-anak muda yang siap keluar dari pagar sekolah dengan keterampilan hijau dan keberanian untuk menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkeadilan.
Jika negara terus hadir, maka bukan mustahil dari surau kecil akan lahir para pemimpin industri hijau masa depan.***