SAIBETIK– Film horor terbaru “Danyang Wingit Jumat Kliwon” resmi meluncur di bioskop dan langsung menjadi perbincangan publik. Bukan hanya karena nuansa mistisnya yang pekat, tetapi juga karena keberanian film ini mengangkat mitos gelap budaya Jawa yang jarang diungkap ke publik. Di balik intensitas horor tersebut, sosok Putri Maya Rumanti, pengacara asal Lampung yang kini tampil sebagai Bintari, ikut mencuri perhatian penonton dan kritikus film.
Kehadiran Putri dalam jajaran pemeran film ini menghadirkan warna baru. Dari dunia hukum yang tegas dan formal, ia melangkah ke dunia seni peran yang sarat misteri dan ekspresi emosional. Ketertarikannya pada riset budaya Jawa membuat perannya dalam film ini lebih dari sekadar akting: ia ikut menyelami akar cerita yang menjadi nafas utama film tersebut.
Dalam pemutaran film perdana di Bandar Lampung, Putri mengungkap bahwa cerita “Danyang Wingit Jumat Kliwon” bukanlah rekaan semata. Tim produksi melakukan pencarian informasi mendalam hingga ke wilayah paling terpencil di lereng Gunung Merbabu. Dari perjalanan itu terkuak satu temuan mengerikan: kisah tentang wayang kulit yang dibuat dari kulit manusia. Temuan tersebut menjadi titik awal terbentuknya cerita film.
“Ini bukan hanya film horor biasa. Selama satu tahun, tim melakukan penelusuran langsung. Kami menemukan bukti-bukti tradisi gelap yang pernah terjadi. Bahkan, kami mendapat izin mempelajari ritual yang sangat jarang diungkap,” ujar Putri saat sesi wawancara pada Jumat, 21 November 2025.
Putri mengaku bahwa dunia perfilman—terutama genre horor—tidak pernah masuk dalam daftar rencananya. Namun riset budaya dan kekentalan unsur Jawa yang diangkat film ini membuatnya tertarik, sekaligus menantang dirinya keluar dari zona nyaman profesinya sebagai pengacara.
“Ini bukan peralihan profesi. Saya menerima peran bukan karena ingin jadi aktris, tetapi karena rasa penasaran terhadap dunia mistis dan budaya Jawa yang begitu kaya,” ungkapnya.
Dalam film, Putri memerankan Bintari, seorang sinden yang tanpa sadar terlibat dalam rangkaian ritual hitam yang dijalankan oleh Ki Mangun Suroto—dalang yang terobsesi mencari kesaktian melalui cara-cara kelam. Karakter Bintari digambarkan halus, penuh rasa, namun berada di tengah lingkaran bahaya yang mengancam nyawanya.
“Bintari adalah sinden yang dipersiapkan sebagai tumbal. Karakter ini penuh tekanan batin dan ketakutan yang mendalam. Itu sangat menantang untuk saya mainkan,” tambah Putri.
Ia menyebut bahwa film ini menggabungkan horor, mitologi, serta pesan moral kuat bagi penonton. Menurutnya, cerita yang diangkat tidak hanya menampilkan teror visual, tetapi juga mengingatkan bahwa kepercayaan dan obsesi manusia bisa membawa mereka pada jalan yang salah.
“Film ini menunjukkan budaya Jawa dalam sisi yang jarang diperlihatkan. Pesan moralnya jelas: jangan mudah percaya kepada siapa pun, terutama ketika menyangkut kekuasaan dan ritual,” kata Putri.
Film “Danyang Wingit Jumat Kliwon” karya sutradara Agus Riyanto ini menghadirkan deretan aktor papan atas seperti Celine Evangelista, Fajar Nugra, Whani Darmawan, dan Djenar Maesa Ayu. Cerita film berpusat pada perjalanan gelap Ki Mangun Suroto yang mencoba mendapatkan keabadian melalui wayang kulit dari kulit manusia dan ritual ilmu hitam yang memakan korban.
Kisah Citra (Celine Evangelista) dan Bara (Fajar Nugra) menjadi inti yang membawa penonton menelusuri misteri hilangnya penghuni padepokan, suara gamelan yang muncul tanpa wujud, hingga teror yang bersemayam di balik setiap pertunjukan wayang. Kehadiran Bintari sebagai bagian dari upacara ritual menambah lapisan emosional dan horor yang lebih personal.
Dengan atmosfer yang intens, riset budaya yang dalam, dan keberanian mengangkat tradisi gelap yang jarang dieksplorasi, “Danyang Wingit Jumat Kliwon” menjadi salah satu film horor lokal yang paling diperhitungkan tahun ini. Peran Putri Maya Rumanti ikut memperkaya narasi film, sekaligus memperlihatkan bahwa talentanya tidak hanya berada di ruang sidang, tetapi juga di layar lebar.***






