SAIBETIK – Suasana haru dan bahagia mewarnai Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Dharmasraya pada Kamis, 30 Oktober 2025. Puluhan keluarga tampak antre dengan tertib untuk bertemu orang-orang terkasih yang sedang menjalani masa pembinaan di balik jeruji besi. Di tengah sistem keamanan yang ketat, Lapas Dharmasraya membuktikan bahwa pendekatan humanis dan pelayanan publik yang ramah tetap bisa berjalan beriringan dengan ketertiban.
Sejak pagi, halaman depan Lapas sudah dipadati oleh para pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Beberapa membawa bingkisan sederhana—mulai dari makanan, pakaian, hingga surat-surat penuh doa dan kerinduan. Petugas Lapas dengan sigap membantu proses pemeriksaan dan registrasi, mulai dari pengecekan identitas, pemeriksaan barang bawaan, hingga pencatatan administrasi pengunjung. Semua berjalan dalam suasana yang teratur, disiplin, namun tetap hangat.
Kepala Lapas Kelas III Dharmasraya, Ferdika Canra, menegaskan bahwa kegiatan kunjungan keluarga ini bukan sekadar rutinitas administratif, melainkan bagian penting dari pemenuhan hak dasar Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Ia menilai, dukungan emosional dari keluarga merupakan faktor krusial dalam proses pembinaan dan pemulihan moral para WBP.
“Kami berkomitmen memberikan layanan yang tidak hanya aman dan tertib, tapi juga manusiawi. Kunjungan keluarga adalah momen yang sangat berarti bagi WBP untuk mendapatkan motivasi dan semangat baru agar siap kembali ke masyarakat,” jelas Ferdika.
Menurutnya, pihak Lapas secara rutin melakukan evaluasi terhadap mekanisme layanan kunjungan agar tetap transparan dan sesuai dengan standar pelayanan publik yang telah ditetapkan Kementerian Hukum dan HAM. Selain itu, Ferdika menambahkan bahwa petugas di lapangan selalu diingatkan untuk menjaga etika pelayanan dan menempatkan nilai kemanusiaan di atas segalanya.
“Pendekatan humanis bukan berarti abai pada keamanan. Kami tetap memastikan tidak ada upaya pelanggaran, termasuk penyelundupan barang terlarang. Semua proses pemeriksaan dilakukan dengan profesional dan sesuai prosedur,” ujarnya.
Salah satu pengunjung, Ayuni, datang dari Kabupaten tetangga untuk bertemu adiknya yang sedang menjalani masa pembinaan. Dengan mata berkaca-kaca, ia mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan pihak Lapas. “Alhamdulillah, pelayanannya sangat baik. Petugasnya ramah dan sopan. Meski waktu kunjungan terbatas, kami sangat bersyukur bisa bertemu langsung dan saling memberi semangat,” tutur Ayuni dengan nada haru.
Kunjungan yang dilakukan secara bergiliran ini berlangsung hingga siang hari dan berjalan tanpa kendala. Selama kegiatan, para petugas juga memantau setiap sesi untuk memastikan protokol keamanan dan kesehatan tetap dijalankan. Tidak hanya itu, petugas juga memberikan pendampingan bagi pengunjung yang baru pertama kali datang agar memahami tata tertib kunjungan.
Selain menjadi jembatan emosional antara WBP dan keluarganya, kegiatan ini juga menjadi bagian dari strategi pembinaan mental dan sosial di dalam Lapas. Menurut pihak pengelola, program kunjungan keluarga terbukti dapat mengurangi stres serta memperkuat motivasi WBP untuk memperbaiki diri.
Lapas Dharmasraya terus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya dengan mengedepankan prinsip “3T”: tertib, transparan, dan terpercaya. Komitmen ini sejalan dengan visi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk menciptakan sistem pemasyarakatan yang berkeadilan, bermartabat, dan berbasis kemanusiaan.
“Pada akhirnya, tujuan kami adalah membantu para WBP menemukan kembali makna kehidupan. Kami ingin mereka keluar dari sini bukan hanya bebas secara fisik, tetapi juga bebas dari kebiasaan buruk dan siap berkontribusi positif di masyarakat,” tutup Ferdika.***
 
	    	





 
							




