SAIBETIK– Provinsi Lampung kini tengah bertransformasi menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia bagian barat. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan, menegaskan bahwa pemerintah daerah berkomitmen memperkuat fondasi ekonomi dan investasi secara berkelanjutan demi mewujudkan pertumbuhan yang inklusif, kompetitif, dan merata di seluruh wilayah.
“Investasi adalah motor penggerak utama pembangunan Lampung. Karena itu, kami terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, ramah bagi investor, serta didukung kemudahan perizinan dan kepastian hukum,” ujar Marindo di Bandar Lampung, Sabtu (1/11/2025).
Komitmen tersebut bukan sekadar janji. Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Lampung menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hingga triwulan III tahun 2025, realisasi investasi mencapai Rp12,95 triliun atau 120,32 persen dari target tahunan Rp10,76 triliun. Dari jumlah itu, Rp2,12 triliun berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Rp10,83 triliun dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Marindo menilai capaian tersebut menjadi bukti nyata meningkatnya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan pemerintah daerah. “Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja keras seluruh pihak, termasuk pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, dan dukungan masyarakat yang terus menjaga iklim usaha tetap kondusif,” tegasnya.
Lampung Jadi Magnet Baru Investasi Internasional
Beberapa sektor menjadi penggerak utama investasi di Lampung, terutama industri makanan, tanaman pangan, perkebunan, peternakan, serta transportasi dan telekomunikasi. Untuk PMDN, sektor dominan adalah industri makanan dan minuman, perdagangan, pertambangan, serta hotel dan restoran.
Sementara itu, investor asing yang menanamkan modal di Lampung berasal dari negara-negara besar seperti Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Australia, dan Tiongkok. Negara-negara tersebut melihat potensi Lampung sebagai basis agroindustri dan manufaktur yang strategis di wilayah Sumatera bagian selatan, berkat posisi geografisnya yang dekat dengan Jakarta dan Pelabuhan Bakauheni sebagai pintu gerbang ekonomi menuju Pulau Jawa.
“Lampung punya semua yang dibutuhkan: lahan luas, tenaga kerja produktif, dan bahan baku melimpah. Ini membuat biaya produksi menjadi efisien dan menarik bagi investor,” kata Marindo.
Transformasi Ekonomi Melalui Hilirisasi dan Industri Pengolahan
Pemerintah Provinsi Lampung kini sedang mempercepat transformasi ekonomi dari sektor jasa menuju sektor industri pengolahan dan hilirisasi. Komoditas unggulan seperti singkong, kopi, lada, dan kelapa sawit menjadi fokus utama.
“Selama ini Lampung dikenal sebagai penghasil bahan mentah. Sekarang kami ingin berubah menjadi produsen produk bernilai tambah tinggi. Dengan memperkuat hilirisasi, Lampung akan memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar dan menciptakan lapangan kerja baru,” jelas Marindo.
Pada tahun 2024, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung mencapai Rp483,88 triliun. Kontribusi terbesar datang dari sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan yang menyumbang 59,39 persen terhadap total PDRB. Angka ini menempatkan Lampung sebagai perekonomian terbesar keempat di Sumatera, setelah Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
Hingga semester I tahun 2025, nilai PDRB Lampung telah mencapai Rp256,1 triliun. Pertumbuhan ekonomi pun terjaga stabil di atas 5 persen, masing-masing 5,47 persen pada triwulan I dan 5,09 persen pada triwulan II.
Sektor industri pengolahan menjadi mesin utama ekonomi daerah, berkontribusi sebesar 18,93 persen terhadap total PDRB, atau senilai Rp91,5 triliun. Industri makanan dan minuman menjadi tulang punggungnya, memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah hingga 75 persen dari dalam provinsi.
SDM, Infrastruktur, dan Digitalisasi Jadi Kunci Daya Saing
Selain memperkuat sektor industri, Pemprov Lampung juga fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Lebih dari 5 juta tenaga kerja produktif kini tengah disiapkan melalui berbagai program pelatihan vokasi agar sesuai dengan kebutuhan industri modern.
“Kami ingin memastikan tenaga kerja Lampung mampu bersaing di era industri 4.0. Oleh karena itu, kami menggandeng dunia usaha dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan teknis mereka,” ungkap Marindo.
Reformasi birokrasi juga menjadi perhatian serius. Melalui sistem Online Single Submission (OSS), seluruh proses perizinan kini bisa dilakukan secara daring. Langkah ini tidak hanya memangkas birokrasi, tetapi juga meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan publik.
“Investor kini tidak perlu repot lagi mengurus izin manual. Semua sudah terintegrasi secara digital. Kami ingin Lampung dikenal sebagai daerah dengan pelayanan publik modern, cepat, dan bebas pungutan liar,” tegasnya.
Pemprov Lampung juga tengah memperkuat infrastruktur strategis, seperti pengembangan kawasan industri terpadu, peningkatan akses jalan menuju pelabuhan, dan optimalisasi Bandara Radin Inten II sebagai pintu ekspor komoditas unggulan.
Menuju Lampung Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru
Marindo menegaskan, seluruh langkah strategis yang diambil pemerintah daerah merupakan bagian dari visi besar menjadikan Lampung tidak hanya sebagai lumbung pangan nasional, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi berbasis industri dan hilirisasi berkelanjutan di kawasan barat Indonesia.
“Sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat akan menjadi fondasi utama. Kami ingin Lampung menjadi magnet investasi dan model pembangunan daerah yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Kini, dengan capaian investasi yang terus meningkat, reformasi birokrasi yang berjalan, serta penguatan sektor industri dan sumber daya manusia, Lampung resmi menempatkan diri sebagai poros ekonomi baru yang siap bersaing di panggung nasional maupun internasional.***









