SAIBETIK– Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, hadir di tengah masyarakat untuk mengikuti program religi Damai Indonesiaku dengan tema “Hidup Plong, Tanpa Sifat Sombong” pada Minggu, 14 September 2025. Acara ini berlangsung di Masjid Raya Al-Bakrie, yang baru saja diresmikan pada Jumat, 12 September 2025, dan menjadi pusat kegiatan keagamaan berskala nasional dan internasional.
Masjid Raya Al-Bakrie tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai wadah kegiatan sosial dan keagamaan yang mendidik masyarakat tentang nilai-nilai agama, toleransi, dan persatuan. Kehadiran program Damai Indonesiaku yang disiarkan langsung oleh tvOne menjadi bukti bagaimana dakwah Islam dapat dikemas dengan cara modern, menarik, dan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.
Acara ini menghadirkan penceramah ternama seperti Ustadz Das’ad Latief dan K.H. Cholil Nafis. Dalam ceramahnya, K.H. Cholil Nafis menekankan bahwa agama harus menjadi pemersatu, bukan pemecah. Ia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan moral, bukan sumber konflik. Selain itu, ia mengajak umat untuk mengedepankan toleransi, saling menghormati, dan menghindari perselisihan yang muncul akibat perbedaan pendapat.
“Agama harus menjadi pemersatu, bukan pemecah. Kita harus berdakwah dengan santun dan bijaksana, mengedepankan toleransi serta saling pengertian. Konflik karena perbedaan pendapat harus kita hindari,” kata K.H. Cholil Nafis di hadapan jamaah.
Gubernur Rahmat Mirzani Djausal menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Damai Indonesiaku yang membawa pesan perdamaian, persatuan, dan toleransi kepada masyarakat. Ia menekankan bahwa kegiatan ini selaras dengan upaya pemerintah provinsi Lampung untuk menumbuhkan kesadaran sosial, nilai persatuan, dan penghormatan terhadap keragaman dalam masyarakat.
Acara ini berjalan dengan khidmat, dihadiri oleh jamaah dari berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat, ulama, dan warga setempat. Kehadiran Gubernur dan tokoh-tokoh penting menunjukkan dukungan penuh terhadap pesan damai yang disampaikan, sekaligus menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah dapat berperan aktif dalam memfasilitasi kegiatan keagamaan yang mendidik dan mempererat persatuan.
Selain ceramah, kegiatan ini juga dilengkapi dengan sesi interaktif yang memungkinkan jamaah untuk berdiskusi dan bertanya langsung kepada penceramah. Hal ini meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai moral, etika, dan prinsip toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Program ini diharapkan menjadi media edukasi sosial yang memperkuat kerukunan umat, mengedepankan sikap santun dalam berdakwah, serta menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya persatuan bangsa di tengah keberagaman.
Penyelenggaraan Damai Indonesiaku di Masjid Raya Al-Bakrie juga menjadi contoh bagaimana fasilitas keagamaan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pendidikan moral, sosial, dan spiritual. Dengan adanya program seperti ini, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat belajar mengimplementasikan nilai toleransi, saling menghargai, dan menjaga persatuan bangsa melalui kegiatan keagamaan yang edukatif dan inspiratif.***