SAIBETIK — Harga emas batangan dalam negeri mengalami gejolak signifikan pada perdagangan hari ini, Senin (23/6). Harga beli emas naik menjadi Rp1.840.000 per gram, sementara harga jualnya justru turun ke angka Rp1.780.000 per gram.
Selisih sebesar Rp60.000 ini menjadi sorotan tajam para pelaku pasar, mengingat perbedaan tersebut tergolong lebar dan mencerminkan kondisi pasar yang sedang tidak stabil.
Fenomena ini tak lepas dari pengaruh berbagai dinamika global. Kenaikan nilai tukar dolar AS, penyesuaian suku bunga oleh bank sentral dunia, serta ketegangan geopolitik di sejumlah kawasan menjadi faktor utama yang menggerakkan harga logam mulia.
“Ketidakpastian global saat ini membuat pelaku pasar bersikap hati-hati. Emas tetap menjadi aset lindung nilai, namun volatilitas seperti ini menyulitkan transaksi jangka pendek,” ujar Andri Kurniawan, analis komoditas senior di Jakarta.
Dengan selisih harga yang cukup besar, banyak investor memilih menahan posisi. Di sisi lain, masyarakat yang ingin membeli emas sebagai bentuk tabungan jangka panjang masih melihat potensi positif dari aset ini, meskipun harus cermat menentukan waktu pembelian.
Para ahli keuangan menyarankan agar masyarakat terus mengikuti pergerakan harga secara berkala dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan investasi. Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, kehati-hatian menjadi faktor kunci untuk meminimalkan risiko kerugian.
Gejolak harga ini kembali mengingatkan bahwa meski emas kerap dijuluki sebagai aset “safe haven”, ia tetap tak kebal terhadap tekanan pasar global.***