SAIBETIK – PT Sakti Biru Indonesia (SBI) menunjukkan komitmen nyatanya dalam transformasi budidaya perikanan rakyat dengan meluncurkan program pelatihan intensif bagi petambak eks Dipasena. Bekerja sama dengan Badan Pengurus Wilayah (BPW) Bumi Dipasena Makmur (BDM) di bawah naungan BPP P3UW Lampung, program ini resmi dimulai sejak 29 Juni 2025 lalu.
Dua peserta awal yang merupakan anggota BDM telah diterima di fasilitas riset dan produksi SBI di Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Mereka akan menjalani pelatihan selama dua hingga tiga bulan untuk mengasah keterampilan budidaya udang vannamei dengan sistem intensif.
Formulator SBI sekaligus penanggung jawab program, Prof. Supriyono, menegaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk mengubah pola pikir dan keterampilan para petambak dari metode tradisional menuju sistem intensif yang lebih modern, efisien, dan produktif.
“Selama ini mereka terbiasa dengan sistem tradisional. Di sini mereka belajar pendekatan intensif yang jauh berbeda, baik dari segi teknis maupun manajerial,” jelas Prof. Supriyono.
Tak hanya teknis budidaya, peserta juga dibekali pengetahuan produk penunjang, SOP budidaya, serta keterampilan kepemimpinan dan public speaking. Bekal tersebut akan menjadi modal penting agar mereka dapat berperan sebagai pendamping sekaligus inspirator bagi petambak lain di wilayah Dipasena.
“Target akhirnya adalah menciptakan agen perubahan di tengah masyarakat petambak. Harapannya, pola budidaya udang intensif bisa tersebar dan produktivitas meningkat,” tambahnya.
Selama pelatihan, peserta akan menjalani praktik lapangan bersama tim teknis SBI, sekaligus berinteraksi dengan praktisi yang telah menerapkan sistem intensif. Pengalaman langsung ini diharapkan membuka wawasan dan menumbuhkan sikap inovatif.
Program ini menjadi bagian awal dari kerja sama strategis SBI dan BDM untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia di sektor tambak rakyat. Dalam jangka panjang, SBI menargetkan perluasan program serupa kepada lebih banyak kelompok petambak.
SBI sendiri dikenal sebagai perusahaan terintegrasi di bidang perudangan. Di Desa Suak, SBI telah mengembangkan pusat riset dan produksi lengkap, mulai dari hatchery, nursery pond, pembesaran, hingga laboratorium dengan teknologi digital RT-PCR yang mampu mendeteksi dini tujuh jenis penyakit udang.
Tak hanya itu, SBI juga mengembangkan produk probiotik dan feed additive berbasis maggot sebagai solusi pendukung budidaya yang ramah lingkungan.
Dengan pendekatan komprehensif dan keberlanjutan, SBI kini menjadi salah satu motor penggerak modernisasi budidaya udang di Indonesia. Program pelatihan ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan besar di sektor perikanan rakyat dimulai dari investasi pada kualitas manusia.***