SAIBETIK — Harga emas kembali terkoreksi. Dalam sepekan terakhir, nilai jual logam mulia turun sebesar Rp20.000 per gram, namun hal itu belum cukup untuk menggairahkan pasar. Penurunan ini tercermin dari pantauan langsung di Toko Cahaya Baru, kawasan Pasar Bambu Kuning, Rabu (18/6/2025).
Jika sebelumnya harga emas sempat menyentuh angka Rp1.800.000 per gram, kini melandai ke kisaran Rp1.780.000 per gram. Kendati lebih murah, tren penjualan justru menunjukkan penurunan.
“Penjualan belum pulih. Sejak awal bulan belum ada lonjakan pembeli, bahkan dalam lima tahun terakhir cenderung menurun,” ujar pemilik Toko Cahaya Baru.
Ketidakpastian Global Pengaruhi Psikologis Pasar
Pemilik toko mengaitkan situasi ini dengan kondisi geopolitik internasional yang tidak menentu. Konflik antara Rusia, Israel, Irak, dan Amerika Serikat turut mengguncang stabilitas pasar emas dunia.
“Kondisi dunia membuat harga emas naik-turun secara drastis, dan ini membuat konsumen ragu untuk membeli,” jelasnya.
Persaingan Pedagang dan Dampak Pasca-Pandemi
Selain faktor global, persaingan antar pedagang di Bambu Kuning yang semakin ketat juga memperberat kondisi. Pasar tradisional yang dahulu ramai kini harus berhadapan dengan perubahan pola konsumsi dan menurunnya daya beli pasca-pandemi.
“Kami terus berupaya menarik pelanggan dengan inovasi produk, tapi belum efektif. Pembeli masih selektif,” tambahnya.
Situasi ini menunjukkan bahwa penurunan harga emas belum tentu berdampak langsung terhadap peningkatan penjualan. Pedagang kini ditantang untuk lebih kreatif, sementara konsumen disarankan bijak memanfaatkan momen ketika harga emas lebih terjangkau.***