SAIBETIK– Di balik keberhasilan aparat kepolisian dan warga menggagalkan rencana aksi tawuran di Kecamatan Adiluwih, Pringsewu, tersimpan luka mendalam yang mengancam generasi muda. Sembilan remaja berhasil diamankan, berikut barang bukti senjata tajam dan pistol mainan. Namun, trauma dan dampak psikologis akibat rencana “perang remaja” ini, bisa jadi lebih mematikan daripada senjata tajam itu sendiri.
Aksi tawuran yang dipicu oleh provokasi di media sosial ini, bukan sekadar kenakalan remaja biasa. Ini adalah gejala dari masalah sosial yang lebih kompleks, yaitu hilangnya empati dan maraknya budaya kekerasan di kalangan remaja.
“Kami tidak hanya mengamankan pelaku, tetapi juga berupaya memberikan pendampingan psikologis kepada mereka. Kami ingin membantu mereka memahami dampak negatif dari aksi tawuran dan mengubah perilaku mereka,” ungkap Kapolsek Sukoharjo, AKP Riyadi.
Kapolsek menekankan pentingnya peran keluarga dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi remaja. Ia juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama memerangi budaya kekerasan dan membangun generasi muda yang berkarakter.
“Aksi tawuran bukan hanya merugikan pelaku, tetapi juga merusak masa depan mereka dan mencoreng nama baik keluarga. Kita harus bersama-sama mencegah aksi tawuran dan menciptakan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab,” tegas AKP Riyadi.***