SAIBETIK— Seperti kacang yang lupa kulitnya, hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kini memasuki babak baru yang penuh ketegangan. Setelah bertahun-tahun menjadi sekutu politik yang kuat, kini mereka menjadi seteru. Keputusan PDIP yang memecat Jokowi semakin mempertegas kerenggangan di antara keduanya.
PDIP resmi mengeluarkan pemecatan terhadap Presiden Jokowi, yang tercantum dalam Surat Keputusan (SK) Nomor 1649/KPTS/DPP/XII/2024. Pemecatan ini tidak datang begitu saja, melainkan setelah sejumlah peristiwa yang memperlihatkan ketegangan dalam hubungan mereka. PDIP menilai Jokowi telah melakukan pelanggaran yang membuat hubungan mereka semakin panas.
Kerenggangan ini terlihat jelas dalam beberapa kejadian, salah satunya saat Jokowi absen dalam perayaan HUT ke-51 PDIP yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Saat itu, hanya Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang hadir mewakili pemerintah, sementara Jokowi tidak hadir karena sedang melakukan kunjungan luar negeri. Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, menjelaskan, “Jika ada kunjungan ke luar negeri, mungkin memang tidak bisa hadir,” ujarnya.
Namun, ketidakhadiran Jokowi bukanlah satu-satunya yang menambah keretakan hubungan ini. Megawati Soekarnoputri, Ketua PDIP sekaligus Presiden RI ke-5, juga beberapa kali absen dalam acara-acara penting, termasuk upacara 17 Agustus 2024 di Ibu Kota Nusantara (IKN). Pada kesempatan tersebut, Ketua DPR RI Puan Maharani menjelaskan, Megawati tidak dapat hadir karena ada acara partai di Lenteng Agung.
Selain itu, Megawati juga tidak hadir dalam pelantikan Presiden-Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dan acara serupa di Istana Negara. Megawati mengaku tengah sakit batuk dan flu setelah melakukan perjalanan napak tilas ke makam Imam Bukhari di Saint Petersburg, Rusia. “Bu Mega mengunjungi kompleks makam Imam Bukhari tanpa masker, sehingga batuknya belum sembuh,” ujar Basarah, salah seorang kader PDIP.
Kerenggangan ini menggambarkan betapa hubungan antara Jokowi dan PDIP telah berubah dari sekutu yang saling mendukung menjadi seteru yang saling menjauh. Pemecatan ini menjadi simbol dari perpecahan yang terjadi setelah bertahun-tahun bersatu dalam berbagai agenda politik dan pemerintahan.***